1. Jika Psikologi Barat merupakan produk pemikiran dan penelitian empiric, Psikologi Islam , sumber utamanya adalah wahyu Kitab Suci Al Qur’an, yakni apa kata kitab suci tentang jiwa, dengan asumsi bahwa Allah SWT sebagai pencipta manusia yang paling mengetahui anatomi kejiwaan manusia. Selanjutnya penelitian empiric membantu menafsirkan kitab suci.
2. Jika tujuan Psikologi Barat hanya tiga; menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku, maka Psikologi Islam menambah dua poin; yaitu membangun perilaku yang baik dan mendorong orang hingga merasa dekat dengan Allah SWT.
3. Jika konseling dalam Psikologi Barat hanya di sekitar masalah sehat dan tidak sehat secara psikologis, konseling Psikologi Islam menembus hingga bagaimana orang merasa hidupnya bermakna, benar dan merasa dekat dengan Allah SWT
4. Pendekatan Psikologi Islami dalam Intervensi
Sampai saat ini, sebagaimana yang dikemukakan oleh Atkinson, terdapat enam teknik psikoterapi/Intervensi/penanganan psikologis yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog.
a. Teknik terapi psikoanalisis, yaitu bahwa di dalam tiap-tiap individu terdapat kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan konflik internal tidak terhindarkan. Konflik yang tidak disadari itu memiliki pengaruh yang kuat pada perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan. Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak dikembangkan dalam Psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Menurut Freud, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, catharsis, asosiasi bebas, dan analisis mimpi. Teknik terapi Psikoanalisis Freud pada perkembangan selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik.
b. Teknik terapi perilaku, yang menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu. Teknik ini antara lain desensitisasi sistematik, flooding, penguatan sistematis, pemodelan dan pengulangan perilaku yang pantas, dan teknik regulasi diri perilaku.
c. Teknik terapi kognitif perilaku, yaitu teknik memodifikasi perilaku dan mengubah keyakinan maladaptif. Ahli terapi membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik. Atau, membantu pengendalian reaksi emosional yang terganggu, seperti kecemasan dan depresi dengan mengajarkan mereka cara yang lebih efektif untuk menginterpretasikan pengalaman mereka.
d. Teknik terapi humanistik, yaitu teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesungguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi ahli terapi yang minimal. Gangguan psikologis yang diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau oleh orang lain. Carl Rogers, yang mengembangkan psikoterapi yang berpusat pada klien (client-centered-therapy), percaya bahwa karakteristik ahli terapi yang penting untuk kemajuan dan eksplorasi-diri klien adalah empati, kehangatan, dan ketulusan.
e. Teknik terapi eklektik atau integrative, yaitu memilih dari berbagai teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu, ketimbang mengikuti dengan kaku satu teknik tunggal. Ahli terapi mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme, disfungsi seksual, dan depresi. Keenam, teknik terapi kelompok dan keluarga. Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi marital dan terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan orang tua dan anak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya.
Berbagai teknik terapi di atas, tak satupun menyebutkan teknik terapi ukhrawi (psikoterapi yang berpijak pada ajaran agama). Freud bahkan dalam The Future of an Illusions menganggap bahwa orang yang memeluk suatu agama berarti ia telah menderita delusi, ilusi, dan perasaan menggoda pikiran (obsessional neurosis) yang berasal dari ketidakmampuan manusia (helplesness) dalam menghadapi kekuatan alam di luar dirinya dan juga kekuatan insting dari dalam dirinya sendiri. Agama merupakan kumpulan neurosis atau kekacauan mental yang disebabkan oleh kondisi serupa dengan kondisi yang menimbulkan neurosis pada anak-anak. Hal itu menunjukkan bahwa satu-satunya psikoterapi yang dikembangkan dalam psikoterapi psikoanalisis adalah psikoterapi duniawi, sebab teori-teorinya didasarkan atas paradigma antroposentris, yang tidak mengenal dunia spiritual atau agama.
Carl Gustav Jung, seorang putra mahkotanya sendiri tetapi kemudian membangkangnya – terpaksa mengadakan penelitian pada mitologi, agama, alkemi dan astrologi. Penelitiannya ini dapat membantu kejelasan archetipe-archetipe yang sulit diperoleh dari sumber-sumber kontemporer. Selanjutnya, Allport juga membantah teori Freud. Para psikolog kontemporer tidak berhasil menemukan patologi-patologi yang terjadi pada pemeluk agama yang salih. Pemeluk agama yang shaleh justru mampu mengintegrasikan jiwanya dan mereka tidak pernah mengalami hambatan-hambatan hidup secara serius. Dengan uraian di atas, teori Freud yang hanya mengutamakan psikoterapi duniawi tidak dapat dipertahankan lagi dan dipandang perlu untuk penambahan psikoterapi lain yang dikaitkan dengan kehidupan agama (religius), yakni psikoterapi ukhrawi yang berasaskan agama.
Al-Ghazali lebih menyoal penyakit jiwa dari sudut perilaku (al-akhlak) positif dan negatif, sehingga bentukbentuk terapinya juga menggunakan terapi perilaku. Dalam hal ini ia menyatakan : Menegakkan (melakukan) akhlak (yang baik) merupakan kesehatan mental, sedang berpaling dari penegakan itu berarti suatu neurosis dan psikosis.
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa bentuk-bentuk psikoterapi menurut Al-Ghazali adalah meninggalkan semua perilaku yang buruk dan rendah, yang mengotori jiwa manusia, serta melaksanakan perilaku yang baik untuk membersihkannya. Perilaku yang baik dapat menghapus, menghilangkan dan mengobati perilaku yang buruk. Upaya seperti itu dapat menjadikan jiwa manusia suci, bersih, dan fitri sebagaimana ia baru dilahirkan dari rahim ibunya. Pendekatan agama dapat dilakukan dan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran, kedekatan terhadap Tuhan dan doa-doa yang disampaikan akan memberikan harapan-harapan positif.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Ighatsah al-Lahfan lebih spesifik membagi psikoterapi dalam dua kategori,yaitu tabi iyyah dan syar iyyah. Psikoterapi tabi iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakityang gejalanya dapat diamati dan dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, seperti perasaan kecemasan, kegelisahan, kesedihan, dan amarah. Penyembuhannya dengan cara menghilangkan sebab-sebabnya. Psikoterapi syar iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tidak dapat diamati dan tidak dapat dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, tetapi ia benar-benar penyakit yang berbahaya, sebab dapat merusak kalbu seseorang, seperti penyakit yang ditimbulkan dari kebodohan, syubhat, keragu-raguan, dan syahwat. Pengobatannya adalah dengan penanaman syariah yang datangnya dari Tuhan. Hal itu dipahami dari QS. Al-Anam : 125 : Barangsipa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.
Dewasa ini berkembang perhatian terhadap hubungan antara agama dengan kesehatan mental atau gangguan mental, khususnya yang terkait dengan proses penyembuhan.
Setelah mempelajari teks-teks Al-Quran, Muhammad Abd Al-Aziz Al-Khalidi membagi obat (syifa) dengan dua bagian : Pertama, obat hissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti berobat dengan air, madu, buah-buahan yang disebutkan dalam Al-Quran; kedua, obat manawi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi kandungan dalam Al-Quran.
Pembagian dua kategori obat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dua substansi yang bergabung menjadi satu, yaitu jasmani dan ruhani. Masing-masing substansi ini memiliki sunnah (hukum) tersendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Kelainan (penyakit) yang terjadi pada aspek jasmani harus ditempuh melalui sunnah pengobatan hissin, bukan dengan sunnah pengobatan manawi seperti berdoa. Tanpa menempuh sunnahnya maka kelainan itu tidak akan sembuh. Permasalahan tersebut menjadi lain apabila yang mendapat kelainan itu kepribadian (tingkah laku) manusia91. Kepribadian merupakan produk fitrah nafsani (jasmani-ruhani). Aspek ruhani menjadi esensi kepribadian manusia, sedang aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Oleh karena kedudukan seperti ini maka kelainan kepribadian manusia tidak akan dapat disembuhkan dengan sunnah pengobatan hissi, melainkan dengan sunnah pengobatan manawi. Demikian juga, kelainan jasmani seringkali disebabkan oleh kelainan ruhani dan cara pengobatannya pun harus dengan sunnah pengobatan manawi pula.
Sebenarnya pendekatan agama dalam penyembuhan gangguan psikologis, merupakan bentuk yang paling tua. Telah beberapa abad lamanya, para Nabi atau para penyebar agama melakukan peranan-peranan therapeutic, terutama dalam menyembuhkan penyakit-penyakit rohaniah umatnya.
Seperti Nabi Muhammad SAW telah menyembuhkan penyakit mental atau gangguan psikologis orang-orang jahiliyah Quraisy dengan melalui agama islam, sehingga mereka menjadi manusia yang berakhlak mulia (bermental sehat). Indikator dari gangguan psikologis mereka itu nampak dalam penyimpangan perilaku seperti: (a) mengubur hidup-hidup (ngaruang kerepes) anak wanita, karena mereka inferior, rendah diri, merasa terhina, apabila memiliki anak wanita, (b) prostitusi atau perzinahan, (c) meminum minuman keras, (d) musyrik, menyembah kepada berhala bukan kepada Allah, (e) saling memusuhi, peperangan, atau tawuran antar suku, dan (f) melakukan perbudakan (pelecehan terhadap nilai-nilai atau harkat dan martabat manusia).
Semakin kompleks kehidupan, semakin dirasakan pentingnya penerapan mental hygiene yang bersumber dari agama dalam rangka megembangkan atau mengatasi kesehatan mental manusia (masyarakat).
Ada kecenderungan bahwa orang-orang di zaman modern ini semakin rindu atau haus akan nilai-nilai agama, sehingga tausiah, nasihat, atau kesempatan dialog dengan para kyai, ustadz, atau ajengan sangat diharapkanya. Mereka merindukan hal itu dalam upaya mengembangkan wawasan keagamaan, atau mengatasi masalah-masalah kehidupan yang sulit diatasinya tanpa nasihat keagamaan tersebut.
Muhammad Mahmud Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori; Pertama, bersifat duniawi, berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata; Kedua, bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual, dan agama.
Model psikoterapi yang pertama lebih banyak digunakan untuk penyembuhan dan pengobatan psikopatologi yang biasa menimpa pada sistem kehidupan duniawi manusia, seperti neurasthenia, hysteria, psychasthenia, schizophrenia, Manic depressive psychosis, kelainan seks, paranoia, psychosomatik, dan sebagainya.
Dalam Islam, sholat dan metode zikir ditengah malam akan memberikan rasa nyaman dan rasa percaya diri lebih dalam menghadapi masalah. Rasa cemas akan turun. Tindakan bunuh diri dilarang dalam Islam, bila iman semakin kuat maka dorongan bunuh diri (tentamina Suicidum) pada simtom depresi akan hilang. Metode zikir (berupa Asmaul Husna) juga efektif menyembuhkan insomnia.
Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (2001) psikoterapi dalam Islam yang dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik yang bersifat duniawi, ukhrawi maupun penyakit manusia modern adalah sebagaimana ungkapan dari Ali bin Abi Thalib sebagai berikut:
Obat hati itu ada lima macam:
1. membaca Al-Quran sambil mencoba memahami artinya,
2. melakukan shalat malam,
3. bergaul dengan orang yang baik atau shalih,
4. memperbanyak shaum atau puasa,
5. dzikir malam hari yang lama.
Barang siapa yang mampu melakukan salah salah satu dari kelima macam obat hati tersebut maka Allah akan mengabulkannya (permintaannya dengan menyembuhkan penyakit yang diderita).
Sifat ego (Ananiah) manusia akan selalunya lahir apabila seseorang individu itu merasakan dirinya sudah cukup sempurna, sudah cukup bijak dan cukup pandai dibandingkan dengan orang lain. Orang lain dilihat, terlalu kecil dan kerdil dibandingkan dengan apa yang dia miliki..Terlalu sibuk dengan diri sendiri, terlalu sibuk mencanangkan sudah melakukan sesuatu, sudah memiliki itu, memiliki ini, sudah pergi kesana kesini, sudah tahu segalanya.. Sudah menjalani apa yang orang lain belum jalani..

Friday, 7 July 2017
Perbedaan Psikologi Barat dengan Psikologi Islam
Labels:
Al Hadith,
Al Quran,
Amanah,
Nasihat,
Pengajaran
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment